Entri Populer

Rabu, 13 April 2011

Keluar Mulut Buaya Masuk Mulut Harimau


Keluar mulut buaya masuk mulut harimau. Dua-duanya mengerikan. Bagaikan telah jatuh ditimpa tangga. Terlepas dari satu bala malah menerima bala yang lain pula. Nasib malang yang menimpa seorang insan yang tak berdaya, diperkotak-katik dan diperlakukan tanpa perikemanusiaan.

Dosen Nurul Syuhada duduk termenung mengenang nasib yang dialaminya minggu lalu. Dia sama sekali tidak menyangka tetangga sebelah rumahnya sanggup mengambil kesempatan dirinya.
Kebaikan yang ditabur rupanya umpan berduri. Kebaikan yang diperlihat tetangganya itu rupanya ada udang di balik batu. Nurul mengeluh panjang, apakah semua kejadian ini merupakan suratan atau kebetulan.

Dosen Nurul adalah seorang guru di sebuah sekolah menengah di sebuah kota terpencil di pedalaman. Nurul berumur 24 tahun dan telah mendirikan rumahtangga dengan seorang pegawai bank berusia 27 tahun. Nurul memiliki bentuk badan yang menarik, buah dadanya padat dan tajam, punggungnya pula lentik danan rambut berombak sejajar bahu.
Pendek kata penampilan Nurul amat menarik.

Karena wajah dan badannya yang cantik menyebabkan banyak pria yang tertarik dengan Pak Nurul. Sebagai seorang istri yang baik Pak Nurul langsung tidak pernah memperlakukan pria mata keranjang tersebut. Bila disapa dengan baik, Nurul akan membalas dengan baik juga tetapi tidak berlebihan. Karena itu pria mata keranjang tersebut tidak mendendaminya.

Petang itu setelah habis mengajar, seperti biasa Nurul menunggu suaminya untuk datang menjemputnya pulang ke rumah. Sayangnya sore itu suaminya terpaksa kerja overtime dan Nurul terpaksalah pulang seorang diri. Saat sedang menunggu taksi tiba-tiba sebuah van berhenti di hadapannya. Rupanya pengemudi van itu adalah Abang Jusuh, tetangga sebelah rumah Pak Nurul. Abang Jusuh yang berumur akhir 40-an telah menikah dan memiliki lima orang anak.

"Pak Nurul, nak balik ke?" Abang Jusuh menyapa ramah.

"Ya, Abang Jusuh."

"Marilah Abang Jusuh tumpangkan."

"Tak apalah Abang Jusuh, biar saya tunggu taksi aje. Menyusahkan Abang Jusuh pula. "Cikgu Nurul menolak lembut.

"Tak susah pun. Marilah, susah nak dapat taksi waktu begini. "Abang Jusuh masih membujuk.

Nurul berpikir sejenak lalu setuju menerima undangan Abang Jusuh. Sepanjang perjalanan tidak banyak yang mereka bualkan. Dosen Nurul lebih suka melihat pemandangan sepanjang jalan. Tapi lain pula yang bermain di pikiran Abang Jusuh. Mataku Jusuh asyik menjeling ke arah buah dada dan paha cikgu muda tersebut. Nurul langsung tidak menyadari perbuatan tetangganya itu. Abang Jusuh sebenarnya telah lama mengidamkan tubuh muda Pak Nurul. Apalagi sejak istrinya mengalami menopause, keinginannya terhadap cikgu muda dan cantik itu menjadi-jadi.

"Pak, kita singgah di toko sekejap nak beli barang dapur."

Dosen Nurul hanya menganggukkan kepala. Dia memperhatikan Abang Jusuh menghentikan van di tepi jalan dan berjalan ke deretan toko di satu area bisnis. Petang itu terasa sungguh panas, Dosen Nurul mengipas-ngipaskan badannya dengan buku kecil yang dibawanya.

Abang Jusuh Akses dalam sebuah toko obat cina. Dia membeli beberapa butir pil perangsang yang pernah disebut-sebut oleh kawannya. Abang Jusuh memang sudah nekad untuk menikmati Dosen Nurul hari ini. Peluang seperti ini bukan selalu datang. Sekali datang tak seharusnya disia-siakan.

Sekitar lima menit kemudian Abang Jusuh kembali ke kendaraannya sambil menjinjing dua botol minuman jeruk. Salah satu botol tersebut telah dimasukkan dua biji pil perangsang yang dibelinya di toko obat cina tadi.

"Pak, kita minum dulu. Hari ni memang panas rasanya. Maaflah cikgu, van saya tak ada air-con. "

Tanpa curiga Dosen Nurul menerima botol minuman yang diulurkan kepadanya. Dosen Nurul mengucapkan terima kasih atas kebaikan Abang Jusuh. Memang sore ini mulutnya terasa kering. Tanpa prasangka Nurul meneguk perlahan-perlahan minuman jeruk tersebut. Terasa segar di tenggorokannya. Abang Jusuh hanya tersenyum memperhatikan Dosen Nurul.

Setelah lima menit Nurul mulai merasakan badannya panas. Rincian keringat mulai membasahi bajunya. Nurul merasa seperti berada di kayangan. Nafsunya sedikit demi sedikit bangkit. Dia bagaikan berkhayal dan semakin lama semakin kuat perasaan ghairah yang memuncak menguasai dirinya. Dosen Nurul mulai tak senang duduk dan terlihat seperti gelisah. Nurul merasakan pantatnya telah berair, celana dalamnya juga telah dirasakan lembab. Abang Jusuh perasan akan perubahan Dosen Nurul. Hatinya melonjak gembira.

Abang Jusuh membelok kendaraannya Akses sebuah lorong kecil di tengah ladang kelapa sawit. Dosen Nurul langsung tidak menyadari dimana dia berada sekarang karena dirinya telah dikuasai perasaan gairah yg teramat sangat. Abang Jusuh pun menghentikan vannya bila sampai di satu area sunyi dan lengang.

"Eh! Kenapa Abang Jusuh berhenti? "Tanya Nurul agak terkejut.

Abang Jusuh hanya tersenyum miang tanpa menjawaab. Dia terus menjatuhkan kursi Dosen Nurul lalu dengan rakusnya menerkam lalu mengulum lidah Cikgu Nurul. Dosen Nurul terkejut dengan perbuatan Abang Jusuh itu tapi dia sendiri sudah tak berdaya untuk mencegah perbuatan Abang Jusuh terhadap dirinya. Hatinya meronta-ronta supaya Abang Jusuh menghentikan perbuatannya itu namun tubuhnya seakan-akan menerima saja tindakan Abang Jusuh. Obat perangsang yang diminumnya telah menguasai dan mempengaruhinya. Abang Jusuh terus menghisap lidah Cikgu Nurul dengan rakus sekali hingga meleleh-leleh air liur Cikgu Nurul di celah-celah bibir mereka yg saling bertautan itu.

Kedua belah tangan Abang Jusuh meremas-remas buah dada Cikgu Nurul yang padat itu dengan sepuasnya. Memang dia telah lama mengidamkan buah dada Cikgu Nurul itu yang ranum itu. Dosen Nurul merengek-rengek lemah ketika buah dadanya dirangsang sebegitu rupa oleh Abang Jusuh. Baju kurung Dosen Nurul pun disingkap perlahan oleh Abang Jusuh. Bra Dosen Nurul terus ditarik oleh Abang Jusuh lalu tersembullah buah dada Cikgu Nurul yg mekar itu. Abang Jusuh terus mengentel-remas puting Dosen Nurul yg berwarna coklat muda.

Sambil tangannya menguli pangkal tetek kiri, mulutnya pula mengisap dan menjilat puting susu yang mulai memejal. Inilah kali pertama buah dada Cikgu Nurul dinikmati lelaki lain selain suami tersayang. Dosen Nurul merayu agar Abang Jusuh menghentikan perbuatannya itu namun langsung tidak diendahkan oleh Abang Jusuh. Setelah puas menikmati buah dada Cikgu Nurul, Abang Jusuh pun menyingkap kain kebaya Dosen Nurul dan melondehkan celana dalam Pak Nurul. Jari-jari Abang Jusuh yang kasar itu terus menjolok-jolok ke dalam lubang pant * t Dosen Nurul. Rengekan dan erangan Dosen Nurul semakin kuat terdengar. Abang Jusuh melajukan julukan jarinya ke pant * t Dosen Nurul. Beberapa saat kemudian badan Dosen Nurul pun mengejang. Dosen Nurul telah klimaks. Air dari pant * t Dosen Nurul begitu banyak hingga basah kursi van Abang Jusuh.

Abang Jusuh makin terangsang, dia membuka zip celananya dan mengeluarlah batangnya yang hitam gemuk itu. Terkejut Dosen Nurul melihat batang Abang Jusuh karena batang suaminya pun tak sebesar itu. Abang Jusuh terus menarik kepala Cikgu Nurul dengan kasar lalu disumbatkan batangnya yang tegang itu ke dalam mulut Dosen Nurul. Dosen Nurul terpaksa membuka mulutnya luas-luas agar batang Abang Jusuh dapat masuk ke dalam mulutnya yang kecil mungil itu. Lidah runcing Nurul berlegar-legar di bagian kepala yang kembang. Abang Jusuh tersentak-sentak penuh nikmat. Ghiarah Abang Jusuh berada di ubun-ubun melihat bibir comel warna pink Dosen Nurul melingkar pada batang pelirnya yang hitam berurat-urat.

Setelah 10 menit Dosen Nurul melakukan blowjob ke batang Abang Jusuh, Abang Jusuh pun klimaks. Enam das semburan kubik air mani Abang Jusuh ke dalam mulut dan muka Dosen Nurul. Tersedak Dosen Nurul karena tertelan air mani Abang Jusuh. Air mani Abang Jusuh mengalir membasahi tudung Dosen Nurul yang telah acak-acakan saat Dosen Nurul tunduk melakukan blowjob itu tadi. Abang Jusuh tersenyum puas karena telah berhasil menodai kesucian diri Dosen Nurul yang sangat diidam-idamkan itu.

Abang Jusuh dan Dosen Nurul tidak menyadari perbuatan sumbang mereka telah diperhati tiga pasang mata remaja lelaki. Remaja-remaja india yang sedang mengembala sapi di ladang kelapa sawit tersebut agak heran melihat sebuah van berhenti di ladang tempat sapi peliharaan mereka merumput. Mereka mendekati van tersebut setelah lebih lima menit van tidak bergerak dan beredar. Tiga pasang mata remaja terbeliak melihat aksi menarik di dalam van.

Pintu van tiba-tiba terbuka. Abang Jusuh dan Nurul tekejut dan terpinga-pinga. Tiga remaja india tersebut telah mengarahkan pisau sabit rumput ke lehar Nurul dan Abang Jusuh. Nurul dan Abang Jusuh yang lesu setelah memuaskan nafsu masing-masing tidak berdaya melawan. Apalagi melihat pisau tajam yang berada di leher masing-masing.

"Jangan berteriak kalau mau hidup. Ikut kami turun dari van. "

"Turun cepat, jangan pakai celana dan kain." Seorang remaja india memberi perintah.

Nurul dan Abang Jusuh yang terkejut dan tidak menyangka hal seperti ini bisa terjadi. Dengan perasaan khawatir dan ragu-ragu mereka berdua turun dari van bergerak ke bawah pohon kelapa sawit yang rindang dengan pengawasan remaja-remaja india yang memegang pisau tajam di tangan masing-masing.

Salah seorang remaja tersebut telah mengambil tali kecil yang digunakan untuk mengikat sapi dan melontarkan ke arah kawannya yang memegang Abang Jusuh. Tanganku Jusuh telah dikilas ke belakang dan diikat. Setelah mengikat kedua belah tangan Abang Jusuh, pria yang mengontrol Abang Jusuh mengeluarkan handuk kecil dari dalam koceknya dan mengikat kemas di mulut Abang Jusuh agar dia tidak dapat bersuara. Nurul melihat Abang Jusuh menggigil diperlakukan demikian. Dia juga kecut menunggu tindakan berikutnya dari remaja-remaja tersebut.

Remaja yang mengacu pisau ke arah Nurul mulai bersuara. Dengan suara yang agak pelat Nurul disuruh melucuti pakaiannya. Karena takut dicederakan Nurul patuh perintah mereka. Coli dan baju yang masih melekat dibadannya dilepaskan satu persatu. Sekarang Nurul berdiri telanjang di depan tiga orang remaja keturunan india. Nurul lihat mataku Jusuh kuyu memandang ke arahnya sementara mata remaja tersebut bercahaya melihat sosok Nurul yang telanjang bulat. Sekujur tubuh Nurul kini tidak ditutupi oleh seurat benangpun. Dadanya yang montok dan gebu menjadi sasaran mata mereka. Taman pusaka nenek moyang yang ditutupi oleh roma halus yang selalu dicukur itu menjadi jamahan mata-mata liar. Mereka memandang dan menikmati keayuan tubuh Pak Nurul yang masih muda.

Remaja-remaja tersebut belum bertindak, hanya memperhatikan saja. Badan Nurul yang sedang berbogelpun tidak mereka jamah. Nurul hanya menunggu tak berdaya. Tapi itu hanya seketika dan kenangan yang menjadi igauannya dimulai. Remaja yang paling besar yang mengontrol Abang Jusuh menarik baju yang dipakai Abang Jusuh menampakkan batang pelirnya yang kecut. Nurul tak pasti kecut karena telah menyemprotkan mani tadi atau kecut karena takut.

Remaja yang mengontrol Nurul memerintah agar Nurul berlutut. Kawannya menolak Abang Jusuh ke arah Nurul hingga badan saya Jusuh berada beberapa inci di hadapannya. Dengan suara agak kasar Nurul disuruh menjilat dan mengulum kemaluan Abang Jusuh. Takut dicederakan Nurul patuh perintah mereka. Pelir Abang Jusuh yang kecut itu Nurul kulum dan hisap. Aneh sekali batang pelir Abang Jusuh tidak juga mengembang dan keras seperti tadi. Di dalam van tadi tongkat sakti Abang Jusuh sungguh keras terpacak bagai tiang bendera. Puas Nurul menyedot tapi but * h Abang Jusuh tetap tidak memberi reaksi. Ketiga remaja tersebut ketawa lucu melihat senjata Abang Jusuh lembek seperti batang keladi rebus.

Sekarang Nurul diperintahkan agar merangkak di tanah. Dia patuh. Kedua lutut dan kedua telapak tangannya menyentuh tanah. Seperti anak Nurul berada pada posisi merangkak. Kedua payudaranya yang pejal tergantung seperti buah papaya. Seorang remaja tersebut menolak Abang Jusuh dan mengarahnya berlutut di belakang Nurul. Sekarang giliran Abang Jusuh pula diperintah menjilat bur * t Nurul dari belakang. Tanpa berani melawan Abang Jusuh menurut. Nurul mulai merasakan lidahku Jusuh mulai berlegar sekitar bibir kemaluannya. Bila saja kelentitnya disentuh lidah Abang Jusuh perasaan geli menjalar ke seluruh tubuh Nurul. Makin lama lidahku Jusuh bermain-main di taman rahasianya, makin enak rasanya dan Nurul dapat rasakan cairan hangat mulai mengalir keluar membasahi bibir buritnya yang berwarna merah muda.

Tanpa Nurul sedari dia mengerang kesedapan. Mendengar suara rengekan Nurul remaja di hadapannya mulai memberi reaksi. Remaja tersebut mulai melondehkan celana yang dipakainya. Bila saja celana dalam yang dipakainya ditarik ke bawah terpacul keluar batang butuhnya yang hitam legam. Nurul terpaku melihat batang balak remaja tersebut agak besar dan panjang. Hitam legam terayun-ayun. Dan yang pasti but * h lelaki tersebut masih berkulup. Meskipun terpacak keras Nurul dapat melihat kepalanya masih belum keluar dari sarungnya.

Agaknya remaja tersebut sudah lama terangsang melihat tubuh Nurul yang telanjang dan melihat perlakuan Abang Jusuh menjilat-jilat buritnya yang bertundun tebal dan berbulu halus. Dengan tangannya yang juga gelap remaja tersebut mulai masturbasi batang pelirnya dan menarik kulit kulup ke belakang hingga kepala licin warna hitam terbuka. Memang mengerikan melihat senjata lelaki berkulup. Belum pernah Nurul melihat but * h berkulup selama ini secara "live". Dia biasa melihat bila mengakses situs porno. Kulup remaja ini lebih gelap dan lebih hitam dari batang negro.

Nurul disuruh mencium dan menghirup kepala bulat tersebut. Sungguh aneh dan pelik baunya. Penis Abang Jusuh tak berbau seperti ini. Agak lama menghirup batang hitam berkepala bulat tersebut Nurul disuruh menjilatnya pula. Nurul keluarkan lidahnya dan menggerakkan ujung lidah sekitar kepala licin. Setelah beberapa menit Nurul disuruh menghisapnya pula. Batang sederhana besar tersebut Nurul masukkan ke dalam mulut dan mulai mengulum dan menghisap. Karena Abang Jusuh masih bermain-main buritnya dengan lidah maka perasaan nafsu Nurul bergejolak jua. Dengan penuh gairah batang remaja india yang sebaya anak muridnya Nurul sedut dan kulum penuh semangat. Nurul lihat remaja tersebut tersentak-sentak nikmat bila batang butuhnya Nurul layan sebegitu.

Remaja yang mengontrol Abang Jusuh mulai melepaskan celana yang dipakainya. Agaknya dia juga telah terangsang dengan perlakuan Nurul. Apalagi bila melihat bibir bur * t Nurul yang merekah merah dan mulai dibasahi dengan lendiran nikmatnya. Seperti kawannya juga, remaja kedua ini memiliki batang pelir yang agak panjang dan besar. Sama seperti pelir satu, penis yang kedua ini juga berkulup. Remaja kedua mulai mengosok-gosok torpedonya dan terlihat kulupnya mula ditarik supaya kepalanya keluar dari kulitnya.

Dengan senjatanya yang terpacak keras dia bergerak ke arah belakang Nurul dan menolak Abang Jusuh ke tepi. Terasa tangan kasar memegang kulit belakang Nurul dan kedua tetek Nurul yang padat dan kenyal diramas kasar. Nurul geli dan terasa nikmat diperlakukan begitu walaupun dia mencoba menafikannya. Agak lama buah dadanya diramas-ramas dan cairan pelicin makin banyak keluar membasahi bibir kemaluan Nurul.

Remaja india yang paling besar dan tinggi itu yang masih berada di belakang Nurul memperhatikan dan membelek bur * t Nurul. Agaknya inilah kali pertama dia melihat secara dekat bur * t wanita melayu yang cantik. Dia sangat teruja dengan bibir luar yang tebal dihiasi bulu-bulu yang dijaga rapi sementara sepasang bibir dalam sungguh lembut warna merah. Dia kemudian berlutut di belakang Pak Nurul dan menempelkan hidungnya ke lurah merkah yang basah. Secara perlahan dia mulu mencium dan menghirup aroma kemaluan cikgu muda. Bau yang istimewa itu membuat nafsu dan gairah remaja india tersebut mendidih bagaikan lahar gunung berapi. Nurul kemudian mengeliat kegelian bila lidah remaja tersebut mulai berlegar-legar di lurah dan kelentitnya.

Puas membelai bur * t melayu yang segar, remaja india tersebut mulai bangun dan mendekatkan batangnya ke lurah Nurul. Tiba-tiba Nurul dapat merasakan satu benda keras menyentuh belahan buritnya. Kepala bulat mulai menyondol buritnya yang merekah dan dengan tekanan agak kuat kepala bulat mulai menyelam ke dalam lubang nikmatnya. Bila saja bagian kepala terbenam, remaja di belakangnya mulai menekan batang pelirnya lebih kuat dan Nurul dapat merasakan batang keras yang besar dan panjang menyelam ke dalam rongga buritnya. Sungguh nikmat rasanya bila remaja yang paling besar itu menarik dan menyorong batang butuhnya. Nurul dapat rasakan balak remaja ini sebanding balak Abang Jusuh. Meskipun dalam keadaan takut Nurul menikmatinya jua. Nurul terpaksa menerima hakikat pertama kali batang pelir tak berkhatan sedang berlegar-legar dalam lubang nikmatnya.

Sekarang kedua mulut Nurul dipenuhi oleh batang hitam berkulup yang tak bersunat. Mulut atas dan mulut bawah disumbat oleh batang pelir remaja india yang tidak dikenalnya. Mulut bawahnya dikerja habis-habisan oleh remaja paling besar. Mulut atasnya dikerja habis-habisan oleh remaja pertama yang sederhana besar. Abang Jusuh hanya melihat tak berdaya Dosen Nurul yang cantik bergaya diperkosa oleh remaja-remaja india pengembala sapi yang tak dikenalnya. Tapi Nurul pula terasa seronok diperkosa oleh but * h sederhana besar yang tak bersunat itu. Belum pernah dia merasakan batang pelir selain milik suaminya mencari surga nikmatnya. Nurul hanya bisa mengerang dan dia mencapai puncak nikmat. Nurul klimaks dan puas. Dan remaja kedua juga menghentakan punggungnya dengan kuat ke punggung Nurul dan melepaskan benih Hindu ke dalam rahim cikgu melayu yang muda dan cantik. Sungguh banyak dan panas terasa pangkal rahim Nurul disiram benih-benih india.

Remaja satu masih leka menikmati mulut Nurul yang mungil. Lidah Nurul terasa berlendir dan cairan masin keluar dari hujung kepala bulat. Nurul tahu cairan mazi remaja satu mulai keluar dari lubang kencingnya. Nurul telan saja cairan masin itu. Tiba-tiba remaja pertama menarik batang pelirnya dari lubang mulut Nurul. Nurul nampak batang hitam tersebut basah lencun dengan air liurnya. Remaja satu dengan terkengkang-kengkang berjalan ke arah belakang Nurul. Batang hitamnya itu terangguk-hangguk bila dia bergerak. Pinggang Nurul dipegang dan kepala bulat diarahkan ke lubang bur * t Nurul yang basah berlendir. Dengan sekali tekan seluruh batang hitam meluncur masuk ke dalam lubang bur * t wanita muda. Tanpa lengah disorong tarik batang balaknya dan Nurul lagi menikmati kulup kedua yang tak kalah hebatnya.

Hanya beberapa menit remaja ini tiba-tiba Berdayung makin laju dan dengan suara kuat keluar dari mulutnya dia melepaskan cairan hangat menuju rahim Nurul. Sekali lagi cairan kental remaja india membasahi pangkal rahimnya dan menyemai rahim cikgu muda yang sedang subur. Nurul hanya terkemut-kemut nikmat menerima curahan benih-benih hangat tersebut. Nurul berdoa agar benih-benih tersebut tidak bercabang dalam rahimnya.

Sementara remaja kedua memperlakukan bur * t Nurul dari belakang, remaja ketiga yang lebih muda dan lebih kecil yang hanya memperhatikan dari tadi mulai mendekati Nurul yang masih merangkak di tanah dekat perdu kelapa sawit. Dia melondehkan celana yang dipakainya dan telihat penis hitamnya yang agak kecil keras terpacak. Seperti kedua temannya, batang pelir remaja inipun berkulup. Nurul hanya menunggu pasrah.

Tidak seperti rekannya yang lain, penis remaja ketiga ini kulit kulupnya masih tertutup rapat. Bila mendekati Nurul dia mulai masturbasi dan melocehkan kepala pelirnya. Bila saja kulit kulup yang hitam itu tersingkap maka Nurul melihat kepala licin dihiasi oleh kepingan-kepingan warna putih. Dosen Nurul faham yang kepingan putih ini disebut smegma dan hanya ada di kepala penis yang tak berkhatan. Mulutnya mulai terasa mual melihat tahi palat remaja tersebut.

Remaja ketiga ini juga ingin batang pelirnya dihisap oleh Nurul. Nurul mencoba membantah tapi bila melihat pisau tajam di tangan budak tersebut maka dia harus mematuhi kehendak remaja tersebut. Meskipun loya dia menjilat dan mengisap batang pelir tersebut hingga bersih dari tahi palatnya. Tahi palat atau smegma itu ditelan saja bersama mazi yang meleleh keluar dari ujung penis remaja tersebut.

Karena ingin merasakan enaknya lubang bur * t maka remaja yang paling kecil menarik keluar pelirnya dari mulut Nurul. Dia berjalan ke belakang mengambil alih tempat kawannya yang sudah terkapar lesu. Remaja ketiga menghampiri Nurul dari belakang dan membenamkan batang pelirnya ke dalam lubang bur * t Nurul yang basah kuyup. Sekali tekan batang kecil tersebut terbenam. Remaja ini mulai mengayunkan batang pelirnya keluar masuk dalam lubang Nurul yang hangat. Hanya beberapa menit remaja ini mulai mengerang dan terketar-ketar. Nurul dapat merasakan lagi rahimnya penyemprotan oleh benih-benih remaja india.

Abang Jusuh hanya memandang sayu ke Dosen Nurul. Tadinya dia yang sangat teringin untuk menikmati tubuh cikgu muda tersebut tapi lain yang jadi. Dia hanya menjadi penonton bila remaja-remaja yang seusia anaknya meratah badan mulus Dosen Nurul. Dengan mata tak berkedip dia melihat batang-batang pelir warna hitam itu keluar masuk dalam lubang bur * t Dosen Nurul yang berwarna merah basah. Dengan matanya sendiri Abang Jusuh melihat kepala-kepala penis yang tak bersunat milik gembala sapi dengan sangat selesanya menyelam hingga ke dasar bur * t cikgu Melayu yang cantik lawa. Abang Jusuh tidak merelakannya terjadi tapi apakan daya dia.

Dosen Nurul menerima kenyataan bahwa pada petang ini di dalam ladang kelapa sawit dia telah memiliki tiga but * h tak berkhatan milik remaja india mencari semahu-mahunya lubang buritnya yang selama ini dijaga rapi hanya untuk suaminya saja. Dia juga menerima hakikat rahimnya yang subur telah disemai oleh benih-benih hindu remaja india gembala sapi. Dia hanya berdoa agar benih-benih tersebut tidak bercabang dalam rahimnya. Dia tidak ingin mengandungkan anak remaja-remaja tersebut yang usia mereka sebaya anak-anak muridnya.

Setelah puas menikmati tubuh Nurul yang ranum ketiga remaja tersebut memakai kembali pakaian mereka dan berjalan ke grup sapi yang sedang mereka gembala. Tanpa kudrat Nurul menghampiri Abang Jusuh dan melepaskan ikatan pada tangannya.
Dengan mata kuyu tak berdaya Abang Jusuh menoleh ke Nurul tanpa kata.

Setelah berpakaian kembali Abang Jusuh dan Nurul bergerak kembali ke rumah mereka. Dalam van baik Abang Jusuh maupun Nurul tidak berkata-kata, mereka berdiam seribu bahasa. Setibanya di halaman rumahnya, Nurul download dari van Abang Jusuh dan berjalan longlai ke pagar rumahnya. Di kepalanya yang ada adalah pengalaman hitam yang akan menjadi sejarah hidupnya

2 komentar: